Inventory atau stok barang merupakan aset penting bagi perusahaan, terutama bagi produsen atau manufaktur dan peritel atau retail yang memiliki kegiatan penjualan langsung ke konsumen. Namun, bagaimana perbedaan dalam pengelolaan inventory pada kedua jenis perusahaan tersebut?
Pengelolaan Inventory pada Manufaktur
Pada perusahaan manufaktur, pengelolaan inventory biasanya lebih kompleks dibandingkan dengan perusahaan retail. Hal ini dikarenakan perusahaan manufaktur harus menangani bahan mentah atau bahan baku, work in progress, dan produk jadi.
Salah satu faktor penting dalam pengelolaan inventory pada perusahaan manufaktur adalah perencanaan produksi. Dalam hal ini, perusahaan harus memperhatikan permintaan pasar dan ketersediaan bahan mentah yang digunakan dalam proses produksi.
Selain itu, perusahaan manufaktur juga dapat memanfaatkan teknologi untuk mengoptimalkan pengelolaan inventory. Beberapa teknologi yang dapat digunakan antara lain sistem informasi manajemen (SIM), radio frequency identification (RFID), dan barcode. Dengan menggunakan teknologi tersebut, perusahaan manufaktur dapat mempercepat proses pengambilan keputusan, mengurangi biaya produksi, dan meminimalkan risiko kehilangan stok.
Pengelolaan Inventory pada Retail
Sementara pada perusahaan retail, pengelolaan inventory lebih sederhana karena hanya mengelola barang yang siap dijual kepada konsumen. Namun, karena barang yang dijual memiliki beragam jenis dan jumlah, maka perusahaan retail juga memerlukan perencanaan dan strategi pengelolaan inventory.
Perusahaan retail biasanya menggunakan sistem pengelolaan inventory yang disebut sebagai just in time (JIT). Dalam sistem ini, perusahaan hanya memesan stok barang ketika permintaan dari konsumen muncul. Hal ini dapat mengurangi biaya persediaan dan meningkatkan efisiensi stok.
Perusahaan retail juga dapat menggunakan teknologi untuk mengoptimalkan pengelolaan inventori seperti point-of-sale (POS) system dan electronic data interchange (EDI). Sistem POS memungkinkan perusahaan untuk melakukan transaksi penjualan secara langsung dengan konsumen dan melakukan tracking terhadap stok barang yang tersedia. Sedangkan EDI memungkinkan perusahaan untuk melakukan komunikasi dan pertukaran data dengan pemasok secara realtime.
Kesimpulan
Dalam pengeolaan inventory, perusahaan manufaktur dan retail memiliki perbedaan dalam kompleksitas pengelolaan dan jenis barang yang dielola. Perusahaan manufaktur harus menangani bahan mentah, work in progress, dan produk jadi sementara perusahaan retail hanya mengelola barang yang siap dijual. Meski demikian, kedua perusahaan tetap memerlukan perencanaan dan strategi yang tepat dalam pengelolaan inventory untuk mencapai efisiensi dan profitabilitas yang maksimal. Oleh karena itu, teknologi juga dapat dimanfaatkan untuk mengoptimalkan pengelolaan inventory pada kedua jenis perusahaan tersebut.