Alasan Kenapa Obligasi Ketinggalan Dibandingkan Negara Lain

Putri Ayu

Bagi investor yang ingin mengalokasikan portofolionya pada aset yang relativelikuiddan stabil, obligasi mungkin menjadi pilihan yang tepat. Namun ternyata, di Indonesia, obligasi masih belum mampu menarik minat investor sebagaimana yang terjadi di negara-negara maju lainnya. Lalu, alasan kenapa obligasi ketinggalan dibandingkan negara lain?

Mata Uang Saat Ini Belum Stabil

Pada dasarnya, investasi pada obligasi dilakukan untuk memperoleh yield atau tingkat pengembalian yang lebih tinggi dibanding dengan deposito atau instrumen keuangan yang lainnya. Dalam konteks Indonesia, ketidakstabilan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing menjadi salah satu alasan investasi pada obligasi belum optimal.

Ketika nilai tukar rupiah melemah, nilai investasi pada obligasi juga ikut tergerus sehingga yield yang diperoleh tidak optimal. Selain itu, ketika investor memutuskan untuk mencairkan obligasinya, mereka akan menerima kembali dana dalam bentuk rupiah yang bisa jadi nilai tukarnya berbeda dengan saat investasi dilakukan.

Belum Menjamin Perlindungan Keamanan Investasi

Di sisi lain, pemerintah Indonesia belum menyediakan jaminan perlindungan pada investasi pada obligasi, seperti halnya pada deposito atau giro. Sebagai contoh, jika terdapat kebangkrutan pada emitter obligasi, investor bukanlah pihak yang lebih diutamakan dalam proses pembayaran hutang.

Maka dari itu, investor cenderung memilih instrumen keuangan yang memiliki jaminan perlindungan yang lebih baik, meskipun imbal hasil yang diperoleh lebih kecil. Hal inilah yang membuat obligasi sulit bersaing di Indonesia, sebab tingkat kepercayaan investor masih belum tinggi.

Minimnya Pemahaman Investor

Tentunya, untuk mengambil keputusan investasi pada obligasi, investor harus memiliki pengetahuan terkait instrumen investasi yang satu ini. Sayangnya, masih banyak investor yang belum memahami dengan baik tentang obligasi, sebagian besar mungkin karena minimnya sosialisasi dan edukasi dari lembaga keuangan.

Belum adanya kemudahan dalam memahami informasi penting tentang obligasi, membuat investor kurang percaya diri dalam memutuskan investasi pada obligasi. Selain itu, faktor ini juga dapat memunculkan ketidakyakinan dalam mengambil keputusan investasi, sebab investor masih belum memahami risiko investasi pada obligasi.

Efek Pandemi COVID-19

Pandemi COVID-19 yang melanda hampir seluruh dunia, termasuk Indonesia, pun berdampak pada perdagangan obligasi. Selama pandemi, pemerintah Indonesia terpaksa harus menambah utang untuk mengatasi dampak ekonomi dari pandemi ini. Hal ini menyebabkan peningkatan penjualan obligasi yang sangat besar.

Namun, dengan volatilitas pasar yang cukup besar akibat pandemi, harga obligasi Indonesia terus bergoyang dan menyebabkan investor merasa kurang yakin akan keamanan investasi pada obligasi. Sebenarnya kondisi ini memang terjadi selama masa krisis, tapi saat ini sebagian besar negara gradual membaik, sementara Indonesia masih di bawah peringkat mereka.

Also Read

Bagikan:

Tags