Menulis sebuah skripsi dapat menjadi tugas yang menantang bagi mahasiswa. Tidak hanya banyak aspek yang harus dipertimbangkan, tetapi juga menulis dalam bahasa formal dan akademis. Salah satu hal yang bisa membantu memudahkan penulisan skripsi adalah dengan mempelajari majas perbandingan.
Majas perbandingan adalah penggunaan perbandingan atau analogi dalam bahasa untuk membuat metfora yang lebih kuat. Banyak karya sastra, termasuk novel, menggunakan majas perbandingan untuk mengekspresikan dan mengilustrasikan ide-ide kompleks dalam cara yang mudah dipahami.
Dalam artikel ini, kami akan menganalisis bagaimana majas perbandingan digunakan dalam dua novel yang berbeda dan satu skripsi untuk memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang konsep ini.
Novel Pertama: "Pulang" karya Leila S. Chudori
"Pulang" adalah sebuah novel yang menggambarkan kisah keluarga yang berjuang untuk bertahan hidup di tengah pemerintahan otoriter Orde Baru di Indonesia. Sebagai contoh, penulis menggunakan majas perbandingan dalam deskripsi tentang kerusuhan dan pemogokan pada 1 Mei 1998:
"Seakan-akan sungai yang telah lama tertahan, berseru untuk melepas kebencian mereka. Mereka bersatu, bergerak maju seperti pasukan yang terlatih, menyapu sepanjang jalan dan melubangi dinding-dinding yang keras."
Dalam contoh ini, perumpamaan antara massa yang bergabung dan sungai yang telah lama ditahan membantu membentuk gambaran yang lebih hidup tentang kerusuhan tersebut.
Novel Kedua: "Laskar Pelangi" karya Andrea Hirata
"Laskar Pelangi" adalah novel tentang sebuah sekolah kecil di Belitung, Indonesia, dan para siswa yang memperjuangkan hak atas pendidikan berkualitas. Dalam novel ini, majas perbandingan digunakan untuk membuat deskripsi tentang sebuah senyuman:
"Senyumnya layaknya matahari pagi yang meriah, yang mengubah lingkungan sekeliling menjadi lebih terang dan ceria."
Dalam contoh ini, perumpamaan antara senyum dan matahari membantu membentuk gambaran yang lebih hidup tentang senyuman tersebut.
Skripsi: "Pengaruh Populisme dalam Pemilihan Presiden Amerika Serikat 2016"
Dalam skripsi ini, majas perbandingan digunakan untuk membantu menjelaskan kompleksitas politik dan masalah sosial yang terkait dengan populisme. Sebagai contoh, penulis menulis:
"Populisme adalah pohon yang tumbuh subur di tanah kesenjangan sosial yang subur. Hanya jika kita memahami akar dan cabangnya secara mendalam, kita bisa menghentikan semakin subur tumbuhnya populisme ini di tengah masyarakat kita."
Dalam contoh ini, perumpamaan antara populisme dan pohon membantu membentuk gambaran yang lebih hidup tentang bagaimana populisme tumbuh dan berkembang.
Kesimpulan
Majas perbandingan bisa menjadi alat yang efektif untuk menggambarkan dan menjelaskan ide-ide yang kompleks dalam cara yang mudah dipahami. Seperti yang telah ditunjukkan dalam tiga contoh ini dari "Pulang", "Laskar Pelangi", dan sebuah skripsi tentang populisme, majas perbandingan dapat membantu menghidupkan gambaran dan memberikan pemahaman yang lebih dalam pada topik yang dibahas.
Heading Title
"Lebih Dekat Dengan Majas Perbandingan: Analisis dalam Tiga Karya Sastra"